Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut terobsesi
mengembangkan desa/kelurahan di Kabupaten Garut menjadi desa/kelurahan tangguh
bencana. Hal itu terkait dengan kondisi geografis Kabupaten Garut yang
terbilang daerah paling rawan terjadi berbagai jenis bencana di Jawa Barat,
bahkan di tingkat nasional.
Kepala Satuan Pelaksana BPBD Kabupaten Garut
Dikdik Hendrajaya mengatakan hal itu di sela-sela pembukaan Pelatihan
Penanggulangan Bencana bagi para staf pemerintah kecamatan, dan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemkab Garut, di Hotel Bintang Redante
Jalan Raya Samarang Garut, Selasa (10/9/2013).
“Pengembangan desa-desa dan kelurahan-kelurahan
yang tangguh terhadap bencana, atau desa/kelurahan tangguh bencana ini
merupakan salah satu strategi upaya pemerintah mengurangi banyaknya korban
bencana dengan berbasis komunitas,” kata Dikdik.
Dia menuturkan, desa/kelurahan tangguh bencana
memiliki kemampuan mengenali ancaman di wilayahnya, serta mampu
mengorganisisasi sumber daya masyarakat untuk mengurangi kerentanan sekaligus
meningkatkan kapasitasnya demi mengurangi risiko bencana.
Kemampuan tersebut diwujudkan dalam bentuk
perencanaan pembangunan mengandung upaya-upaya pencegahan, kesiapsiagaan,
pengurangan risiko bencana, dan pengingkatan kapasitas pasca-kondisi darurat.
Di Kabupaten Garut sendiri, lanjut Dikdik, baru
terbentuk Kelompok Masyarakat Peduli Bencana di sedikitnya 6 desa di 4
kecamatan, yakni di Desa Pangauban, Desa Depok, dan Desa Sukanagara Kecamatan
Cisompet; Desa Karyasari Kecamatan Cibalong, Desa Paas Kecamatan Pameungpeuk;
dan Desa Cikelet Kecamatan Cikelet.
“Desa-desa ini merupakan binaan IOM
(Internasional Organization for Migration) kerjasama BPBD Garut, pascabencana
banjir bandang pada 2011 lalu,” ujarnya.
Akan tetapi diakui Dikdik, salah satu hal menjadi
hambatan terbesar dalam penanggulangan bencana saat ini yakni masih lemahnya
koordinasi antarsektor terkait, baik lembaga pemerintah, lembaga masyarakat,
maupun dunia usaha. Padahal koordinasi merupakan kunci mengatasi krisis pada
saat bencana terjadi.
“Tak heran jika sering kali distribusi logistik
pada lokasi bencana sulit terpantau dengan baik karena koordinasi kurang
terbangun secara baik. Kemajuan kegiatan penanganan tanggap darurat pun kurang
terukur, dan terarah secara objektif,” ujarnya.
Karenanya, Dikdik berharap semua pihak dapat
meningkatkan koordinasi lebih baik lagi terkait penanganan bencana. Sebab
penanganan bencana merupakan pekerjaan terpadu menuntut sikap pro aktif semua
pihak.
Dia juga berharap seluruh kecamatan dan SKPD
segera menyusun Standard Operating Procedure (SOP) untuk penanggulangan bencana
tersebut.
Pelatihan Penanggulangan Bencana diselenggarakan
BPBD Garut kerjasama IOM selama tiga hari, Selasa-Kamis (10-12/9) itu diikuti
sebanyak 90 aparatur pemerintah kecamatan, dan SKPD.
Menurut Fasilitator Pengurangan Risiko Bencana
(PRB) IOM Garut, Didik DwiSaputro, pelatihan ditujukan memberikan kesamaan
pemahaman dan kerangka berpikir sebangun dalam penanggulangan bencana kepada
staf pemerintah di tingkat kabupaten dan kecamatan. Sehingga dapat
berkonstribusi dalam pencapaian tujuan PRB, khususnya di tingkat kabupaten.
Melalui pelatihan tersebut, Didik berharap
peserta memahami konsep dan prinsip penanggulangan bencana serta memahami
sistem, struktur, dan praktik penanggulangan bencana di tingkat kabupaten,
provinsi, dan nasional. Peserta bisa memahami penilaian bahaya, kerentanan, dan
kapasitas serta pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat.
“Peserta juga diharapkan memahami penanggulangan
bencana dalam kontek pembangunan, dan pengarusutamaan penanggulangan bencana
dalam pembangunan,” ucapnya.
Pelatihan direncanakan terbagi atas tiga
gelombang dengan masing-masing peserta sebanyak 30 orang. Gelombang pertama
pada 10-12 September, gelombang dua pada 17-19 September, dan gelombang tiga
pada 8-10 Oktober.
BPBD Kabupaten Garut mencatat, kerawanan bencana
alam di Kabupaten Garut hampir merata di seluruh kecamatan.
Jenis bencana antara lain berupa kekeringan,
kebakaran lahan hutan, banjir, banjir bandang, longsor, pergerakan tanah, tanah
amblas, tanah retak, angin kencang dan angin puting beliung, gempa bumi,
letusan gunung api, tsunami, dan kejadian antariksa.
Sumber: Inilah.com
Tidak ada komentar:
Write komentar