Oleh Fadhil ZA
Katakanlah:
“Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya
kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada
(Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (Al Jumuah 8 )
Manusia terlalu asyik dengan kehidupan dunia sehingga kebanyakan
manusia tidak menyadari dan tidak menyiapkan diri untuk menghadapi
saat datangnya ajal. Kematian bukanlah akhir dari segalanya , justru
kematian merupakan awal perjalanan panjang yang tiada akhir. Orang yang
cerdas dan mengerti mempersiapkan diri dan perbekalan dengan sebaik
baiknya untuk menghadapi datangnya kematian itu. Mereka sadar betul
bahwa dibelakang kematian masih ada kehidupan panjang yang harus dilalui
berupa alam barzakh, padang mahsyar, dan kehidupan akhirat yang kekal
dan abadi. Mereka sadar betul bahwa kehidupan dunia ini tidak ada
artinya dibandingkan kehidupan akhirat yang kekal dan abadi selama
lamanya.
Orang yang dungu dan bodoh tapi merasa paling cerdas dan pandai,
tidak pernah peduli dengan kehidupan akhirat. Mereka hanya mempersiapkan
hidupnya untuk kehidupan dunia saja. Segala sesuatu diukur dengan
kesuksesan materi. Mereka hanya mempersiapakan hidupnya untuk sampai
hari tua. Mereka menabung, menanam investasi, ikut berbagai asuransi,
membangun rumah, gedung mewah,dan harta berlimpah untuk persiapan hari
tua. Mereka baru menyadari semua kekeliruan mereka itu tatkala nyawa
sudah sampai ditenggorokan , dan semua itu sudah terlambat.
Setelah nyawa berpisah dari badan , mereka baru menyadari kebodohan
dan kekeliruan mereka . Dialam barzakh mereka berseru minta dikembalikan
hidup kedunian lagi untuk memperbaiki semua kebodohan dan kekeliruan
yang telah mereka lakukan selama hidup didunia sebagaimana disebutkan
dalam surat Al Mukminun ayat 99-100:
99.
(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang
kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku
kembalikanlah aku (ke dunia). 100. agar aku berbuat amal yang
saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak.
Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan
mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan. (Al Mukminun
99-100)
Namun semua sudah terlambat , nasi sudah menjadi bubur . Tidak ada
jalan bagi mereka untuk kembali hidup kedunia , karena antara mereka dan
alam dunia ada barzakh (dinding) yang amat kokoh dan tidak bisa
ditembus.
Tidak banyak hal yang kita ketahui tentang kehidupan dialam barzakh
dan proses keluarnya ruh dari tubuh ketika sakratul maut. Sejak dahulu
sampai sekarang belum ada orang yang berhasil menembus alam barzakh itu
untuk menceritakan pengalaman mereka dialam barzakh kepada kita yang
hidup didunia ini. Kita hanya dapat informasi tentang alam barzakh dari
kitab suci Al qur’an atau hadist yang disampaikan Rasulullah.
Diantaranya adalah hadist terkenal dari al Barro’ bin Azib:
Al-Imam Ahmad, Abu Dawud, An-Nasai, Ibnu Majah, serta yang selainnya,
telah meriwayatkan dari hadits Al-Baro’ bin ‘Azib, bahwa suatu ketika
para sahabat berada di pekuburan Baqi’ul ghorqod. Lalu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi mereka. Beliau pun duduk.
Sementara para sahabat duduk disekitarnya dengan tenang tanpa
mengeluarkan suara, seakan-akan di atas kepala mereka ada burung. Mereka
sedang menanti penggalian kubur se seorang yang baru saja meninggal.
Ini menunjukkan bahwa tatkala seorang hamba berada di pekuburan,
dituntunkan kepada mereka untuk bersikap tenang, diam, hening, dan
tidak mengucapkan dzikir-dzikir dengan suara yang keras. Terlebih lagi
berbicara mengenai urusan-urusan dunia yang fana. Dalam suasana yang
seperti ini, hendaknya dia berpikir tentang kematian yang akan menimpa
setiap manusia tanpa terkecuali. Sudahkah dia mempersiapkan diri untuk
menghadapinya. Ini membutuhkan perenungan yang dalam, sehingga
melahirkan keimanan, ketakwaan, dan amal sholeh yang diterima disisi
Allah.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kepalanya dan mengucapkan:
“Aku berlindung kepada Allah dari adzab kubur.”
Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Setelah itu, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya bila seorang yang
mukmin menghadap ke alam akhirat dan meninggalkan alam dunia, turun
kepadanya sejumlah malaikat berwajah putih yang seolah-olah seperti
matahari. Mereka membawa sebuah kain kafan dan minyak wangi dari surga.
Mereka pun duduk di dekatnya sejauh mata memandang. Lalu datanglah
malaikat pencabut nyawa dan duduk di dekat kepalanya. Malaikat pencabut
nyawa berkata:
“Wahai jiwa yang baik, keluarlah engkau kepada keampunan dan keridhoan Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Maka nyawanya keluar dan mengalir
seperti air yang mengucur dari mulut wadah. Lalu malaikat pencabut nyawa
mengambilnya. Nyawanya tidak dibiarkan sekejap mata pun berada di
tangan malaikat pencabut nyawa dan segera diambil oleh para malaikat
yang berwajah putih tadi. Kemudian mereka meletakkannya pada kain kafan
dan minyak wangi surga yang telah mereka bawa. Maka nyawanya
mengeluarkan aroma minyak wangi misik yang paling terbaik di muka bumi.
Lalu mereka menyertainya untuk naik ke langit. Tidaklah mereka melewati
sekumpulan malaikat melainkan para malaikat itu akan bertanya: “Siapakah
nyawa yang baik ini?” Mereka menjawab: “Ini adalah Fulan bin Fulan”,
dan disebutkan namanya yang paling terbaik ketika mereka memanggilnya di
dunia.
Tatkala mereka telah sampai
membawanya kelangit, mereka meminta agar pintu langit dibukakan
untuknya. Maka dari setiap langit dia diiringi oleh para penjaganya
sampai ke langit berikutnya. Demikianlah yang akan terjadi hingga dia
sampai ke langit yang disana ada Allah. Maka Allah berfirman:
اكتبوا كتاب عبدي في عليين, و أعيدوه إلى الأرض, فإني منها خلقتهم, وفيها أعيدهم, و منها أخرجهم تارة أخرى
“Catatlah oleh kalian bahwa hambaku (ini) berada di surga ‘illiyyin, dan (sekarang) kembalikanlah dia ke muka bumi. Sungguh darinya Aku telah menciptakan mereka, dan padanya Aku akan mengembalikan mereka, serta darinya pula Aku akan mengeluarkan mereka sekali lagi”.
“Catatlah oleh kalian bahwa hambaku (ini) berada di surga ‘illiyyin, dan (sekarang) kembalikanlah dia ke muka bumi. Sungguh darinya Aku telah menciptakan mereka, dan padanya Aku akan mengembalikan mereka, serta darinya pula Aku akan mengeluarkan mereka sekali lagi”.
Kemudian nyawanya dikembalikan ke
dalam jasadnya. Lalu datanglah dua orang malaikat kepadanya. Keduanya
bertanya, siapa Rabbmu? Maka dia menjawab, Rabbku adalah Allah. Keduanya
kembali bertanya, apa agamamu? Maka dia menjawab, agamaku adalah islam.
Keduanya kembali bertanya, siapa orang yang telah diutus di tengah
kalian ini? Maka dia menjawab, beliau adalah utusan Allah. Keduanya
kembali bertanya, siapakah yang telah mengajarimu? Maka dia menjawab,
aku membaca kitab Allah, beriman kepadanya dan membenarkannya.
Kemudian terdengarlah suara yang
menyeru dari langit, “Hambaku ini telah benar. Bentangkanlah untuknya
permadani dari surga dan bukakanlah sebuah pintu ke surga”.
Maka harum wangi surga pun menerpanya dan kuburnya diperluas sejauh mata memandang. Lalu datang kepadanya seorang yang bagus wajahnya, pakainnya, dan harum wanginya. Orang itu berkata, bergembiralah dengan segala yang akan menyenangkanmu. Ini adalah hari yang dahulu engkau telah dijanjikan. Maka si mukmin bertanya kepadanya, “Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan membawa kebaikan.” Dia pun menjawab, “Aku adalah amalmu yang sholih.” Lalu si mukmin berkata, “Wahai Rabbku! Segerakanlah hari kiamat agar aku kembali kepada keluarga dan hartaku”.
Maka harum wangi surga pun menerpanya dan kuburnya diperluas sejauh mata memandang. Lalu datang kepadanya seorang yang bagus wajahnya, pakainnya, dan harum wanginya. Orang itu berkata, bergembiralah dengan segala yang akan menyenangkanmu. Ini adalah hari yang dahulu engkau telah dijanjikan. Maka si mukmin bertanya kepadanya, “Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan membawa kebaikan.” Dia pun menjawab, “Aku adalah amalmu yang sholih.” Lalu si mukmin berkata, “Wahai Rabbku! Segerakanlah hari kiamat agar aku kembali kepada keluarga dan hartaku”.
Selanjutnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Adapun bila seorang yang kafir
meninggalkan alam dunia dan menghadap ke alam akhirat, turun kepadanya
dari langit sejumlah malaikat yang berwajah hitam legam. Mereka membawa
sebuah kain kafan yang buruk dan kasar. Mereka pun duduk di dekatnya
sejauh mata memandang. Lalu datanglah malaikat pencabut nyawa dan duduk
di dekat kepalanya. Malaikat pencabut nyawa berkata,
“Wahai jiwa yang buruk, keluarlah engkau kepada kemurkaan dan kemarahan Allah”.
Maka nyawanya tercerai berai di
dalam jasadnya. Kemudian malaikat pencabut nyawa merenggut nyawanya
seperti mencabut besi pemanggang daging dari bulu domba yang basah.
Setelah malaikat pencabut nyawa mengambilnya, tidak dibiarkan sekejap
mata pun berada di tangannya dan segera diambil oleh para malaikat yang
berwajah hitam legam tadi. Lalu mereka meletakkannya pada kain kafan
(yang telah mereka bawa) itu. Sehingga keluarlah dari nyawanya seperti
bau yang sangat busuk di atas muka bumi.
Kemudian mereka naik bersamanya. Tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan para malaikat itu akan bertanya, siapakah nyawa yang buruk ini? Mereka menjawab: “Ini adalah Fulan bin Fulan” dan disebutkan namanya yang paling terburuk ketika mereka memanggilnya di dunia.
Kemudian mereka naik bersamanya. Tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan para malaikat itu akan bertanya, siapakah nyawa yang buruk ini? Mereka menjawab: “Ini adalah Fulan bin Fulan” dan disebutkan namanya yang paling terburuk ketika mereka memanggilnya di dunia.
Kemudian mereka membawanya naik
sampai ke langit dunia dan dimintakan agar pintu langit di bukakan
untuknya. Namun pintu langit tidak dibukakan untuknya”.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat yang berbunyi,
Sesungguhnya
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri
terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu
langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang
jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang
berbuat kejahatan. (Al A’raaf 40)
Selanjutnya Allah Azza wa jalla berfirman,
“Catatlah oleh kalian bahwa ketetapannya berada di (neraka) Sijjiin, di bumi yang paling bawah”.
Setelah itu, nyawanya benar-benar dilemparkan. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat yang berbunyi,
“Barangsiapa
yang berbuat syirik kepada Allah, Maka dia seolah-olah jatuh dari
langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan oleh angin ke tempat
yang jauh”. (surat Al Hajj:ayat 31)
Demikianlah, nyawanya dikembalikan
kedalam jasadnya. Maka dua orang malaikat mendatanginya lalu
mendudukkannya. Keduanya bertanya, “Siapa Rabbmu?” Dia menjawab, “Hah..
hah..aku tidak tahu”. Keduanya kembali bertanya, “Siapa orang yang telah
diutus ditengah kalian ini?” Dia menjawab, “Hah..hah..aku tidak tahu.”
Kemudian terdengarlah suara yang menyeru dari langit, “Dia telah
berdusta, bentangkanlah untuknya permadani dari api neraka dan
bukakanlah sebuah pintu ke neraka.” Sehingga hawa panas dan racun neraka
pun menerpanya dan kuburnya dipersempit sampai tulang-tulang rusuknya
saling bergeser. Lalu datang kepadanya seorang yang buruk wajahnya,
pakainnya, dan busuk baunya. Orang itu berkata, “Bergembiralah dengan
segala yang akan memperburuk keadanmu. Ini adalah hari yang dahulu
engkau telah dijanjikan.” Maka si kafir bertanya, “Siapakah engkau?
Wajahmu adalah wajah yang datang dengan membawa keburukan.” Dia pun
menjawab, “Aku adalah amalmu yang buruk.” Lalu si kafir berkata, “Wahai
Rabbbku! Janganlah engkau datangkan hari kiamat”.
Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh
Al-Albani rahimahullah di dalam kitabnya “Ahkamul Janaiz” (hal. 156-157)
dan tahqiq beliau terhadap “Syarh Aqidah Thahawiyyah” (hal. 397-398).
Demikianlah keadaan orang mukmin dan orang kafir tatkala
meninggalkan alam dunia dan masuk ke dalam alam akhirat yang dimulai
dengan alam barzakh (alam kubur). Wallahu a’lam bi showab
Ketika manusia meninggalkan alam dunia bukan berarti urusannya telah selesai. Dia akan mengalami alam kedua yaitu alam barzakh (alam kubur). Alam ini merupakan pintu masuk ke dalam alam akhirat yang sesungguhnya. Disebut dengan alam barzakh, karena makna barzakh adalah penutup atau perantara bagi dua perkara. Maka alam barzakh adalah alam di antara alam dunia dan alam akhirat. Di alam barzakh, manusia akan mengalami berbagai masalah yang menandakan bahwa urusannya belum selesai dengan semata-mata meninggalkan alam dunia. Saat melewati alam barzakh, pertama kali yang akan dihadapinya adalah pertanyaan dua malaikat di dalam kuburnya, sebagaimana di dalam hadits Al Baro` bin ’Azib yang terdahulu. Maka keberhasilannya di alam barzakh, mendapat kebaikan atau keburukan, akan tergantung dengan kemampuannya dalam menjawab pertanyaan dua malaikat itu.
Ketika manusia meninggalkan alam dunia bukan berarti urusannya telah selesai. Dia akan mengalami alam kedua yaitu alam barzakh (alam kubur). Alam ini merupakan pintu masuk ke dalam alam akhirat yang sesungguhnya. Disebut dengan alam barzakh, karena makna barzakh adalah penutup atau perantara bagi dua perkara. Maka alam barzakh adalah alam di antara alam dunia dan alam akhirat. Di alam barzakh, manusia akan mengalami berbagai masalah yang menandakan bahwa urusannya belum selesai dengan semata-mata meninggalkan alam dunia. Saat melewati alam barzakh, pertama kali yang akan dihadapinya adalah pertanyaan dua malaikat di dalam kuburnya, sebagaimana di dalam hadits Al Baro` bin ’Azib yang terdahulu. Maka keberhasilannya di alam barzakh, mendapat kebaikan atau keburukan, akan tergantung dengan kemampuannya dalam menjawab pertanyaan dua malaikat itu.
Perlu diingat, bahwa di alam barzakh, jasad manusia tidak akan mampu
untuk menjawabnya. Yang akan menjawabnya adalah ruh dan jiwa manusia
yang telah diisi saat di alam dunia dengan kebaikan atau keburukan.
Adapun seorang yang mukmin niscaya akan dimudahkan oleh Allah untuk bisa
menjawab pertanyaan kubur yaitu tentang siapa Rabmu, apa agamamu, dan
siapa nabimu. Itulah yang Allah maksudkan dengan firman-Nya:
“Allah
meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu
dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (Ibrahim: 27)
Di dalam sebuah hadits yang shohih dari sahabat Al-Bara’ bin ‘Azib
radhiyallahu ‘anhu , bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
“Seorang hamba yang muslim bila ditanya di dalam kuburnya, niscaya
dia akan bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi
dengan benar kecuali Allah dan bahwasanya muhammad adalah utusan Allah”.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Itulah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan
yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat”. (HR. Al Bukhari
dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa seorang yang mukmin akan mampu
mengucapkan dua kalimat syahadat “La ilaha illallah wa anna Muhammadan
Rasulullah”, baik ketika di dunia maupun di akhirat.
Tatkala seorang hamba menghadapi pertanyaan dua malaikat ini, maka
dia akan menjawabnya sesuai dengan amal perbuatannya sewaktu di dunia.
Oleh sebab itu, seorang hamba yang berbuat dosa-dosa besar dan tidak
bertaubat darinya, sangat mungkin disiksa oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
di dalam kuburnya, walaupun dia seorang yang mukmin.
Telah datang sebuah hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Abbas
radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
pernah melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda:
”Orang-orang yang berada di dalam
dua kubur ini, sungguh sedang disiksa. Dan tidaklah keduanya disiksa
karena suatu masalah yang besar. Adapun salah satu dari keduanya, dahulu
tidak mau menjaga diri dari air kencing. Sedangkan yang lain, dahulu
biasa berjalan untuk mengadu domba”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan kepada kita sekalian bahwa dua orang yang
disiksa di dalam kuburnya itu dikarenakan dosa-dosa besar. Berarti yang
disiksa oleh Allah di alam kubur bukan hanya karena kekafiran saja
tetapi juga karena dosa-dosa besar. Nasalullah salamah wal ‘afiah.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil sebuah
pelepah kurma yang masih basah dan membelahnya menjadi dua bagian.
Beliau meletakkannya di masing-masing dua kubur ini dengan harapan
semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memperingan siksa keduanya, selama
pelepah kurma itu masih basah dan belum kering.
Demikianlah sedikit gambaran tentang saat keluarnya ruh dari tubuh
ketika proses sakratul maut dan beberapa kejadian sesudah itu yang
disampaikan Rasulullah pada kita. Mudah mudahan kisah diatas dapat
memotivasi kita untuk lebih bergiat mengerjakan amal saleh untuk
menyiapkan perbekalan kita menempuh perjalan panjang dialam barzakh
kelak.
Sumber: www.Fadhil.com
Tidak ada komentar:
Write komentar