Alamat Biro Majalengka: Jl. Raya Bandung-Cirebon, Blok Warna Sari 2, Kosan 3 Saudara, Desa Gandasari, Kecamatan Kasokandel, Kabupaten Majalengka-Jawa Barat. Tlp. 085321202912, email:majalengkabiro@gmail.com. Alamat Redaksi SKU WIP: Jl. Holis No.16, Sudirman-Bandung, Tlp. 022-87786328 - 08122027778, email: redaksiwip@yahoo.com

Kembali Ke Desa dan Membangun Desa...!!

Ada obrolan menarik dari 6 orang pegawai negeri sipil (PNS) pada saat ronda di perumahan di daerah malang. Dari 6 PNS itu, ada duaorang guru, seorang dosen, dua orang pegawai pemda, dan seorang lagi tentara. Tema obrolannya tentang kontibusi masing-masing di dalam pembangunan bangsa. Si pak Dosen memulai obrolannya dengan sebuah pertanyaan, “Kita jadi PNS, Kontribusi apa yang sudah kita berikan pada pembangunan bangsa ini?. Seorang dari pegawai pemda menjawab, “ iya ya, kontribusi apa yang sudah saya lakukan untuk pembangunan bangsa ini, saya sudah berumur 45 tahun, sepertinya belum ada yang saya berikan untuk bangsa ini…, kekantor sepertinya hanya rutinitas…, masuk jam 8…di kantor ngetak-ngetik sebentar, kadang hanya facebookan, terus smsan terus ngobrol, terus nunggu jam pulang…, sepertinya saya belum berkontribusi untuk bangsa ini. Malu jadinya…gaji tiap bulan dapat tapi kontribusi saya belum ada…….” Kemudian si pak guru juga komentar “kalau saya si mungkin jelas, saya ngajar…ikut mencerdaskan bangsa…., tapi apa betul saya ikut mencerdaskan bangsa?….., jangan-jangan apa yang saya ajarkan banyak salahnya, apalagi mengikuti sistem pendidikan dan sistem pembelajaran sekarang ini…, jangan-jangan malah saya lebih banyak membuat atau mencetak generasi yang pragmatis…, karena kalau saya ngajar, hanya karena tuntutan silabus, karena tuntutan ujian nasional, sehingga ngajar saya model ngedriil…soal-jawab-soal-jawab-LKS-LkS…, kalau begitu …saya ini sudah menjadi guru selama 20 tahun jangan-jangan bukan mencerdaskan bangsa..tetapi ikut berkontribusi membuat bangsa menjadi pragmatis, tidak mandiri…” Kemudian si tentara juga komentar “mungkin saya juga belum ada kontribusi yang signifikan untuk bangsa ini… saya berangkat ke kantor jam 8…terus disitu kadang olah raga…lari-lari terus kadang main bulutangkis, kadang main volley, kadang tennis meja, kadang kerjabakti nyabutin rumput disekitar kantor, terus nunggu jam pulang…., jadi rasanya memang saya belum ada kontribusi untuk bangsa ini…., saya jadi malu juga….gaji tiap bulan plus renumerasi lagi…, tapi belum ada kontribusi….”. Kemudian si pak guru dan seorang dari pegawai pemda satunya juga komentar yang intinya juga sama, bahwa belum ada kontribusi untuk bangsa ini. Kemudian si pak dosen juga komentar “saya kira kebanyakan dari aparatur negara/PNS tidak banyak berkontribusi untuk pembangunan bangsa ini salah satunya diakibatkan oleh lingkungan yang sudah kurang kondusif, akibat sistem pendidikan, sistem politik yang pada akhirnya membentuk karakter (lebih mementingkan diri sendiri/kelompok, memperkaya diri sendiri dll).” Pak Dosen melanjutkan komentarnya “saya juga belum berkontribusi nyata pada bangsa ini, saya ngajar, belum karuan apa yang saya sampaikan benar, belum karuan apa yang saya sampaikan dapat memberikan pencerahan pada mahasiswa. Betul Saya menulis karya ilmiah kemudian publikasi, tetapi apa kontribusi dari karya ilmiah yang saya tulis terhadap masyarakat ini, karya ilmiah yang saya tulis tidak memberikan dampak apa-apa terhadap kesejahteran masyarakat. Betul saya melakukan penelitian, tapi penelitian yang saya lakukan juga tidak memberikan pengaruh apa-apa terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Jadi rasanya publikasi yang saya lakukan apakah itu nasional atau internasional belum memberikan manfaat nyata terhadap kesejahteraan masyarakat. Paling-paling hanya untuk kenaikan pangkat, untuk KUM dan untuk bisa jalan-jalan presentasi di dalam maupun luar negeri dengan SPPD”. Kemudian dari 6 PNS tadi berkesimpulan, bahwa kita ini sudah umur sekian ini ternyata belum berbuat sesuatu yang nyata untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat meskipun hanya di lingkungan kita. Kemudian si Pak Guru komentar “apa yang harus dilakukan?” Guru satunya menjawab “kita ini dulunya kan berasal dari desa, mungkin kita akan lebih nyata berbuat sesuatu untuk membangun desa untuk memakmurkan desa. Gimana kalau kita kembali ke desa dan membangun desa, mumpung masih ada waktu sisa umur. Kita dulu disekolahkan sampai sarjana, bukan untuk kepentingan kesuksesan sendiri, bukan untuk mencari kekayaan sendiri, bukan untuk mencari kemakmuran sendiri…., tetapi kita diharapkan, setelah kita punya ilmu, punya wawasan, kita diharapkan untuk kembali dan membangun kemakmuran bersama masyarakat di desa kita”. Kemudian lima PNS lainnya berteriak…setuju….ayo kita kembali dan membangun desa…. Kemudian si pak dosen komentar memberikan penjelasan tentang gerakan kembali ke desa… Sebenarnya untuk mencapai kesejahteraan nasional, maka salah satu jalan yang bisa ditempuh adalah dengan pembangunan pedesaan. Karena Indonesia adalah negara agraris, 2/3 penduduk Indonesia hidup dipedesaan dan berprofesi sebagai petani. Tetapi masih banyak petani yang miskin,. Mungkin dengan hadirnya Kita di Desa kita dapat berjuang bersama untuk kemajuan desa khususnya kemajuan pertanian. Meskipun kita bukan dari sekolah pertanian tetapi saya rasa semua bisa kita pelajari. Menurut data Serikat petani Indonesia (spi.or.id), jumlah petani di Indonesia saat ini mencapai sekitar 25 juta keluarga. Dari jumlah tersebut, 13 juta keluarga merupakan petani gurem atau petani kecil. Menurut data terbaru BPS (bps.go.id), di Indonesia setidaknya terdapat rumah tangga petani sejumlah 17.830.832. Di tingkat nasional, jumlah petani dibagi menjadi: petani padi sebesar 14.992.137, jagung 6.714.695, kedelai 1.164.477 dan tebu 195.459. Berbicara tentang desa, memang tidak lepas dari bidang Pertanian. Karena pekerjaan utama orang-orang di desa adalah bertani. Pertanian yang dimaksud disini adalah pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk kepentingan kesejahteran manusia dan lingkungan. Jadi memikirkan tentang pembangunan desa, tentunya menjadi tanggung jawab kita, kita sudah dilahirkan di desa dan sudah berilmu, maka diharapkan kita dapat berjuang untuk dapat membangun infrastruktur dipedesaan, berjuang untuk dapat meningkatan produktifitas pangan, berjuang untuk memperluas bidang usaha dipedesaan, berjuang untuk membangun kesadaran putra-putri daerah agar ikut membangun desa. Seandainya sarjana-sarjana berfokus untuk kembali dan membangun desa, maka Indonesia akan menjadi bangsa yang mandiri….. Ayo, Kita kembali ke Desa dan Membangun Desa….. Wallahu A’lam.

Tidak ada komentar:
Write komentar
Hanya dengan 50.000 dapat blog murah gratis Template Premium
close
<>

Translate

Wartawan

CATEGORY

close